Jika
anda melintasi kawasan Jakarta bagian utara, janganlah sungkan untuk
singgah ke Masjid Luar Batang. Masjid Luar Batang merupakan salah satu
tempat yang memiliki nilai sejarah di Batavia (Jakarta). Masjid yang
terletak di Penjaringan, Jakarta Utara ini dikenal hingga seluruh
pelosok negara. Sebab, di dalam masjid ini terdapat makam keramat Sayid
Hussein bin Abu Bakar Alaydrus dan muridnya.
Keramat ini banyak didatangkan peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang hanya untuk menunaikan ibadah sholat dan membaca doa di keramat.
“Ya menjelang Ramadan jumlah peziarah yang datang banyak sekali. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Waktu itu sampai orang dari Belanda ziarah kesini. Mereka memang muslim,” kata salah satu pengurus masjid, Senin (23/7/2012).
Berbicara mengenai sejarah Masjid Luar Batang ini memang sedikit membingungkan. Sebab, banyak cerita berbeda yang keluar dari berbagai sumber. “Menurut versi yang kita tahu, dulu tanah ini kan tanah milik Belanda yang diberikan kepada Habib Hussein. Karena kan banyak cerita yang menurut orang begini, atau begitu lah,” ujarnya.
Keramat ini banyak didatangkan peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang hanya untuk menunaikan ibadah sholat dan membaca doa di keramat.
“Ya menjelang Ramadan jumlah peziarah yang datang banyak sekali. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Waktu itu sampai orang dari Belanda ziarah kesini. Mereka memang muslim,” kata salah satu pengurus masjid, Senin (23/7/2012).
Berbicara mengenai sejarah Masjid Luar Batang ini memang sedikit membingungkan. Sebab, banyak cerita berbeda yang keluar dari berbagai sumber. “Menurut versi yang kita tahu, dulu tanah ini kan tanah milik Belanda yang diberikan kepada Habib Hussein. Karena kan banyak cerita yang menurut orang begini, atau begitu lah,” ujarnya.
Seorang
turis asal Tionghoa menulis bahwa tahun 1736 dia meninggalkan Kota
Batavia dari Sheng Mu Gang atau Pelabuhan Makam Keramat, saat ini
dikenal dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Di lokasi tersebut terdapat makam
yang dianggap keramat di daerah Pelabuhan Batavia.
Pada 1916, di atas pintu masjid tercatat bahwa gedung masjid selesai digarap pada 20 Murharam 1152 H atau 29 April 1739. Masjid ini kurang berkiblat, sama halnya dengan Masjid Kebon Sirih dan Masjid Cikini. Oleh karena itu, ada seorang penulis, Abubakar Atjeh, yang menganggap bahwa dulunya ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Dari beberapa cerita mengenai masjid tersebut, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran yang pasti. Karena cerita asal-usul makam keramat merupakan cerita turun menurun yang datanya masih kurang lengkap. Artinya, sumber-sumber yang mengetahui pasti pada zamannya itu tidak lengkap.
Maka dari itu, pengurus masjid enggan berkomentar mengenai sejarah masjid dan makam keramat tersebut lantaran takut salah memberikan informasi. Terkenalnya masjid dan makam keramat ini dalam nilai sejarah, menjadi faktor utama yang mengundang datangnya peziarah. Dari masa ke masa, masjid ini sudah beberapa kali direnovasi.
Masjid Luar Batang, lanjut Junaidi, memang telah mengalami perubahan bentuk. Namun makam Habib Husein hingga saat ini terus dipertahankan keasliannya. "Cuma bedanya, dulu antara tempat peribadatan dengan tempat tinggal Habib yang sekarang menjadi makam keramat terpisah, tapi sekarang disambung dan jadi satu dengan masjid," kata Junaidi.
Pada 1916, di atas pintu masjid tercatat bahwa gedung masjid selesai digarap pada 20 Murharam 1152 H atau 29 April 1739. Masjid ini kurang berkiblat, sama halnya dengan Masjid Kebon Sirih dan Masjid Cikini. Oleh karena itu, ada seorang penulis, Abubakar Atjeh, yang menganggap bahwa dulunya ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Dari beberapa cerita mengenai masjid tersebut, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran yang pasti. Karena cerita asal-usul makam keramat merupakan cerita turun menurun yang datanya masih kurang lengkap. Artinya, sumber-sumber yang mengetahui pasti pada zamannya itu tidak lengkap.
Maka dari itu, pengurus masjid enggan berkomentar mengenai sejarah masjid dan makam keramat tersebut lantaran takut salah memberikan informasi. Terkenalnya masjid dan makam keramat ini dalam nilai sejarah, menjadi faktor utama yang mengundang datangnya peziarah. Dari masa ke masa, masjid ini sudah beberapa kali direnovasi.
Masjid Luar Batang, lanjut Junaidi, memang telah mengalami perubahan bentuk. Namun makam Habib Husein hingga saat ini terus dipertahankan keasliannya. "Cuma bedanya, dulu antara tempat peribadatan dengan tempat tinggal Habib yang sekarang menjadi makam keramat terpisah, tapi sekarang disambung dan jadi satu dengan masjid," kata Junaidi.
Kini,
ruangan masjid terdiri dari tiga ruangan, yakni ruangan utama yang
digunakan sebagai tempat shalat. Kemudian ruangan makam atau Keramat
Luar Batang yang berada di sisi barat ruang utama dan aula di bagian
depan masjid yang bersebelahan dengan ruang keramat atau makam Habib
Husein.
Sementara di ruangan makam keramat terdapat dua makan, yakni makam Habib Husein dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa. "Selain masjid, makam keramat Habib Husein dan muridnya menjadi daya tarik para peziarah yang datang dari berbagai daerah," kata Andi, pengurus Makam Keramat Luar Batang.
Andi mengaku, bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak 3 lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini, menurut Andi baru dipasang sekitar tahun 1996.
Sementara di ruangan makam keramat terdapat dua makan, yakni makam Habib Husein dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa. "Selain masjid, makam keramat Habib Husein dan muridnya menjadi daya tarik para peziarah yang datang dari berbagai daerah," kata Andi, pengurus Makam Keramat Luar Batang.
Andi mengaku, bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak 3 lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini, menurut Andi baru dipasang sekitar tahun 1996.
Setiap
harinya makam Keramat Luar Batang tidak pernah sepi dari pengunjung.
Terlebih di saat malam Jumat khususnya pada malam Jumat Kliwon atau
disaat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di mana pengunjung yang datang
bisa mencapai ratusan orang. "Untuk menampung para peziarah, kita juga
menyediakan penampungan di atas kantor yayasan Luar Batang," kata Andi.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment