Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah "Ronggowarsito" diresmikan pada tanggal 5 Juli 1989 memiliki lebih dari 50.000 buah koleksi yang mempunyai nilai arkeologis, historis dan budaya. Terbagi dalam 10 jenis koleksi antara lain : koleksi geologika, koleksi biologika, koleksi etnografika, koleksi arkeologika, koleksi historika, Koleksi numismatika, koleksi filologika, koleksi keramologika, seni rupa, teknologika.
Mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Buka setiap Senin- Jumat pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.
"Saiki jamane jaman edan, yen ra edan ra keduman" merupakan salah satu kalimat yang sangat terkenal dan masih sering didengungkan hingga kini. Kalimat yang berarti "sekarang jaman gila, yang tidak ikut gila tidak akan mendapatkan bagian" merupakan penggalan dari Serat Kalatidha yang ditulis oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1860. Sebagai pujangga besar yang karya-karyanya menginspirasi banyak orang, nama Ranggawarsita diabadikan menjadi nama Museum Negeri di Jawa Tengah yang menyimpan koleksi benda-benda sejarah, arkeologi, geologi, numismatik, dan budaya Jawa.
Sebagai tempat konservasi sekaligus tempat untuk belajar tentang sejarah kehidupan dan kebudayaan Jawa, Museum Negeri Ranggawarsita menyimpan puluhan ribu koleksi yang tertata apik baik di dalam maupun di luar ruangan. Memasuki ruang pamer, YogYES disambut gunungan kayu atau gunungan blumbungan yang dipopulerkan oleh Raden Patah pada abad 15. Gunungan yang menggambarkan alam semesta, manusia, dan lingkungannya merupakan simbol filosofi masyarakat Jawa. Gunungan yang juga melambangkan babak baru dalam cerita seolah menjadi gerbong pembuka kisah yang dirangkai di Museum Negeri Ranggawarsita.
macam-macam benda bersejarah yang dapat kita temui di musium Ranggawarsita, dan dikelompokan kedalam 5 ruang.
1. Gedung A: Galeri Geologi (Lantai I)
Mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Buka setiap Senin- Jumat pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.
"Saiki jamane jaman edan, yen ra edan ra keduman" merupakan salah satu kalimat yang sangat terkenal dan masih sering didengungkan hingga kini. Kalimat yang berarti "sekarang jaman gila, yang tidak ikut gila tidak akan mendapatkan bagian" merupakan penggalan dari Serat Kalatidha yang ditulis oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1860. Sebagai pujangga besar yang karya-karyanya menginspirasi banyak orang, nama Ranggawarsita diabadikan menjadi nama Museum Negeri di Jawa Tengah yang menyimpan koleksi benda-benda sejarah, arkeologi, geologi, numismatik, dan budaya Jawa.
Sebagai tempat konservasi sekaligus tempat untuk belajar tentang sejarah kehidupan dan kebudayaan Jawa, Museum Negeri Ranggawarsita menyimpan puluhan ribu koleksi yang tertata apik baik di dalam maupun di luar ruangan. Memasuki ruang pamer, YogYES disambut gunungan kayu atau gunungan blumbungan yang dipopulerkan oleh Raden Patah pada abad 15. Gunungan yang menggambarkan alam semesta, manusia, dan lingkungannya merupakan simbol filosofi masyarakat Jawa. Gunungan yang juga melambangkan babak baru dalam cerita seolah menjadi gerbong pembuka kisah yang dirangkai di Museum Negeri Ranggawarsita.
macam-macam benda bersejarah yang dapat kita temui di musium Ranggawarsita, dan dikelompokan kedalam 5 ruang.
1. Gedung A: Galeri Geologi (Lantai I)
- Gunungan Blumbangan: tradisi Gunung Blumbangan dirancang oleh Raden Patah pada abad ke-15. Gunungan menggambarkan alam semesta, manusia, dan lingkungannya.
- Lukisan Alam Semesta
- Koleksi Kosmologika: berupa lukisan-lukisan galaksi, proses terbentuknya planet, atmosfer Bumi; serta koleksi benda angkasa luar berupa meteorit.
- Koleksi Geologika dan Geografika: mencakup ilustrasi skala waktu geologi, diorama stalaktit-stalagmit, formasi batuan Karangsambung-Kebumen yang merupakan daerah penelitian batuan terbesar di Asia Tenggara.
- Koleksi Ekologika: menyajikan diorama ekosistem, koleksi awetan binatang, dan foto-foto lingkungan alam yang terkenal di Jawa Tengah.
2. Gedung A: Galeri Paleontologi (Lantai II)
- Kelompok Paleobotani: koleksi fosil-fosil kayu dari Sangiran yang terbentuk karena proses mineralisasi yaitu meresapnya mineral (silikat) kedalam struktur/pori-pori kayu, dan ilustrasi bentuk tumbuhan zaman purba.
- Kelompok Paleozoologi: fosil (kerang, gajah purba, kerbau purba, dll) dan ilustrasi kehidupan binatang purba.
- Kelompok Paleontologi: koleksi fosil-fosil fragmen tulang manusia purba jenis Pithecanthropus erectus, manusia-kera yang berjalan tegak.
3. Gedung B: Peninggalan dari peradaban Hindu-Buddha (Lantai I dan II)
- Miniatur Candi Borobudur, Prambanan, Kalasan.
- Replika Prasasti Tukmas dan Cangal.
- Arca-arca dan replika, lingga-yoni, kala-makara. Arca Ganesha dari Sawit, Boyolali, sangat sempurna dilihat dari sisi artistik.
- Koleksi yang berhubungan dengan kehidupan religi seperti kentongan, kendi, genta, cermin yang dibuat dari perunggu.
- Peralatan sehari-hari berupa lampu gantung, bokor, bejana, talam, cetakan mata uang.
4. Gedung B: Peninggalan dari berbagai zaman peradaban (Lantai II)
- Zaman batu: peradaban batu berupa serpih, kapal genggam, kapak besar (beliung), punden berundak, menhir, arca-arca di Jawa Tengah tersebar di berbagai wilayah.
- Zaman perunggu: berupa benda-benda peralatan (kapak corong) dan benda-benda untuk kepentingan upacara keagamaan seperti nekara, digunakan dalam upacara memanggil hujan.
- Zaman besi: tidak tersedia
- Peradaban Polinesia: disebut peradaban Polinesia karena berbagai langgam budaya yang ditinggalkan khas budaya Polinesia, berupa arca mirip Ganesha temuan dari Desa Jalatiga, Kecamatan Doro, Pekalongan.
- Peradaban Hindu-Buddha
- Zaman pengaruh Islam: pesisir utara Jawa Tengah (Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Rembang, Lasem) termasuk daerah awal persebaran pengaruh Islam di Indonesia. Koleksi berupa fragmen seni hias, replika kaligrafi karya RM Sosrokartono, serta miniatur Masjid Agung Demak dan Masjid Sunan Kudus.
- Peninggalan zaman kolonial: berupa meriam pertahanan temuan dari Tegal dan Brebes, pedang militer, lonceng dan jangkar kapal, dll.
5. Gedung C: Galeri bersejarah perjuangan bersenjata (Lantai I)
Koleksi dibagi dua bagian: koleksi semasa perjuangan fisik dan diplomasi, serta diorama antara lain: Diorama pertempuran lima hari Semarang, diorama peristiwa Palagan Ambarawa, Diorama gerilya dan kembali ke Yogyakarta.
6. Gedung C: Galeri koleksi teknologi dan kerajinan tradisional (Lantai II) Ruangan ini dibagi menjadi beberapa bagian, mencakup ruang teknologi mata pencaharian, ruang teknologi industri dan transportasi, ruang teknologi kerajinan, dan rumah tinggal.
7. Gedung D: Galeri Pembangunan (Lantai 1)
· Ruang Pembangunan
· Ruang Numismatika dan Heraldik
· Ruang Tradisi Nusantara
· Ruang Intisari dan Hibah
8. Ruang D : Galeri Kesenian (Lantai1)
- Ruang Seni Pergelaran: Wayang Beber, Wayang Kidang Kencana, Wayang Kaper, Wayang Kandha/Ramayana: mengangkat epik Ramayana, Wayang Purwa, Wayang Madya, Wayang Potehi, Wayang Suluh, Wayang Pesisiran
- Ruang Seni Pertunjukan dan Seni Musik menampilkan beberapa bentuk pertunjukan kesenian rakyat, yaitu: kuda Koleksi Emas
- Perhiasan badan: anting lumping, barongan, nini thowok, dan beberapa foto penunjang kesenian pertunjukan.
9.Ruang E: Galeri
- Anting, gelang, binggel, hiasan dada, kelat leher, ikat pinggang
- Perhiasan kepala: mahkota dan grado
- Berbagai bentuk cincin
- Benda-benda untuk sarana upacara keagamaan, mata uang, lempengan prasasti, arca, keris, dan mangkuk
Fasilitas :
- Gedung pameran tetap yang masing-masing memiliki 2 lantai
- Ruang koleksi emas
- Ruang audiovisual dengan kapasitas 40 orang
- Perpustakaan untuk umum
- Auditorium
- Taman dan tempat bermain anak-anak 125 mobil
- Gedung apresiasi budaya
- Laboratorium
- Mushola
- Toilet
- Kantin
- Gedung art shop
- Toko koperasi
- Wisma
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment