Monumen Bom Bali

Diposkan oleh Unknown on Wednesday, March 6, 2013


Monumen Bom Bali ini terletak di jalan Legian, Kuta, Bali. Daerah ini merupakan daerah yang paling ramai di kunjungi oleh wisatawan mancanegara. Jika hendak ke pantai Kuta pasti akan melewati jalan ini. Jalan ini begitu terkenal di kalangan wisatawan. Banyak kafe, toko-toko dan restoran makan yang berada di daerah ini. Kebanyakan ditujukan untuk wisatawan mancanegara.

Monumen Bom Bali

Nama asli dari Monumen Bom Bali adalah “Monumen Panca Benua” yang berarti Monumen Lima Benua. Orang-orang juga lebih suka menyebutnya “Ground Zero”. Monumen ini dibuat untuk mengenang 202 orang korban bom di Sari Club dan Paddy Cafe di jalan Legian tersebut yang terjadi pada tahun 2002 yang lalu. Di dalam Monumen tersebut tertuliskan nama orang-orang yang menjadi korban bom Bali tersebut.

Monumen ini selesai dibangun pada tahun 2003 setahun setelah terdinya pengeboman di Ground Zero dan diberi nama Monumen Panca Benua, dan akhirnya tanggal 12 Oktober 2004 baru di resmikan oleh Bupati Badung saat itu yaitu A.A Ngurah Oka Ratmadi dan diberi Nama Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom 12 Oktober 2002 dan orang-orang menyebutnya Monumen Bom Bali. Mengingat akan terjadinya tragedi ini, kisah-kisah miris dan tragis bisa kita saksikan dan dengar dari saksi-saksi yang masih hidup dan dari penduduk sekitar lokasi Ground Zero, di rumah-rumah penduduk beberapa menemukan bagian dari tubuh korban dan sebelum diadakan upacara atau ritual pembersihan yang menurut agama Hindu dengan upacar mecaru dan melaspas, kadang-kadang terdengar jeritan orang minta tolong dan menangis yang tidak jelas sumbernya.
Peristiwa Bom Bali terjadi tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah Serangan Teroris 11 September 2001, menara World Trade Centre di kota New York, Amerika Serikat. Bom Bali terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di Jalan Legian, Kecamatan Kuta dengan menewaskan 202 orang dan mencederai 209 orang, yang kebanyakan adalah wisatawan mancanegara. Kejadian tersebut merupakan peristiwa terorisme paling parah dalam catatan sejarah Indonesia. Beberapa orang Indonesia telah dijatuhi hukuman mati karena peranan mereka dalam pengeboman tersebut. Sangat disayangkan tersangka pelaku Abu Bakar Baashir, yang diduga sebagai salah satu yang terlibat dalam memimpin pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah pada Maret 2005 atas konspirasi serangan bom ini, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.

Para pelaku yang telah dihukum mati, mengakui tidak menyesal atas perbuatan mereka. Sedangkan para pelaku tersangka teroris yang lainnya, adalah sebagai berikut : Abdul Goni (didakwa seumur hidup), Abdul Hamid (kelompok Solo), Abdul Rauf (kelompok Serang), Abdul Aziz alias Imam Samudra (terpidana mati), Achmad Roichan, Ali Ghufron alias Mukhlas (terpidana mati), Ali Imron alias Alik, (didakwa seumur hidup), Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi (terpidana mati), Andi Hidayat (kelompok Serang), Andi Oktavia (kelompok Serang), Arnasan alias Jimi (tewas), Bambang Setiono (kelompok Solo), Budi Wibowo (kelompok Solo), Dr Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan polisi di Kota Batu, Malang tanggal 9 November 2005), Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010), Feri alias Isa (meninggal dunia), Herlambang (kelompok Solo), Hernianto (kelompok Solo), Idris alias Johni Hendrawan, Junaedi (kelompok Serang), Makmuri (kelompok Solo), Mohammad Musafak (kelompok Solo), Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo), Umar Kecil alias Patek, Utomo Pamungkas alias Mubarok (didakwa seumur hidup), dan Zulkarnaen.

 

Kewarganegaraan para korban berdasarkan data sebagai berikut : Australia 88 orang, Indonesia 38 orang (kebanyakan warga Bali), Inggris 26 orang, Amerika Serikat 7 orang, Jerman 6 orang, Swedia 5 orang, Belanda 4 orang, Perancis 4 orang, Denmark 3 orang, Selandia Baru 3 orang, Swiss 3 orang, Brasil 2 orang, Kanada 2 orang, Jepang 2 orang, Afrika Selatan 2 orang, Korea Selatan 2 orang, Ekuador 1 orang, Yunani 1 orang, Italia 1 orang, Polandia 1 orang, Portugal 1 orang, dan Taiwan 1 orang.

Tempat ini juga menjadi favorit sebagai backdrop untuk sekedar photo-photo bagi para pengunjung. Pada tanggal 12 Oktober tiap tahunnya diadakan peringatan di tempat ini yang dihadiri oleh keluarga korban dan perwakilan negara-negara sahabat. Prosesi di sore harinya dilanjutkan di pantai Kuta yang bertajuk “Paddle for peace”. Gema perdamaian dan renungan pun dikumandangkan.


{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment