sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh
Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.
Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah. Perlu uga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.
Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Berita-berita Cina ada juga yang menyebutkan bahwa raja dan seluruh rakyat negeri Aru yang di kemudian hari termasuk bagian dari Aceh adalah penganut-penganut agama Islam. I emikian pula Malaka yang pada awal abad XV terus menjadi ramai, akhirnya menjadi kerajaan Islam pula, bahkan setelah itu menjadi pusat syi'ar Islam ke seluruh Asia Tenggara dan melalui Malaka pula agama Islam kemudian masuk dan berkembang ke seluruh Indonesia sehingga pada awal abad ke-15 hampir di setiap tempat di kepulauan Indonesia sudah terbentuk masyarakat-masyarakat Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.
ADAT ALAS
pakaian adat alasSuku Alas merupakan salah satu yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu diantaranya adalah Lawe Alas( Sungai Alas).
Bahasa Alas mirip dengan bahasa Batak (Karo, Tapanuli, dan Fak Fak). Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada yang mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.
SENI BUDAYA
Kabupaten Aceh Tenggara memiliki kekayaan budaya tersendiri yang berbeda dengan daerah lain di Aceh.
A. Tari Saman
Kesenian tradisional yang telah mendunia adalah tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu. Pada tahun 1994 tari ini pernah tampil di Spanyol dan di beberapa negara Eropa lainnya dan sering tampil di TamanMini Indonesia Indah, Jakarta.
B. Tari Mesekat
Mesekat adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Mesekat pertama kali dikembangkan oleh Tengku Mbelin (Tengku Haji Hasan) Lawe Due, kemudian dikembangkan oleh muridnya Tengku Muhammad Nya'kub Pagan yang kini tinggal di Kute Melie. Mesekat telah beberapa kali ikut ditampilkan dalam cara LKA di Banda Aceh.
C. Pelebat
Seni perang adat alas yang memakai rotan sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu kehormatan.
D. Bangsi
Kesenian yang menggunakan seruling sebagai medianya. sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya.
E. Canang
Kesenian Tradisonal adat alas yang menggunakan alat musik berpa kaleng ataupun gamelan yang terbuat dari logam. Di mainkan oleh beberapa wanita.
Sumber : Dari Segala Sumber
Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.
Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah. Perlu uga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.
Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Berita-berita Cina ada juga yang menyebutkan bahwa raja dan seluruh rakyat negeri Aru yang di kemudian hari termasuk bagian dari Aceh adalah penganut-penganut agama Islam. I emikian pula Malaka yang pada awal abad XV terus menjadi ramai, akhirnya menjadi kerajaan Islam pula, bahkan setelah itu menjadi pusat syi'ar Islam ke seluruh Asia Tenggara dan melalui Malaka pula agama Islam kemudian masuk dan berkembang ke seluruh Indonesia sehingga pada awal abad ke-15 hampir di setiap tempat di kepulauan Indonesia sudah terbentuk masyarakat-masyarakat Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.
ADAT ALAS
pakaian adat alasSuku Alas merupakan salah satu yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu diantaranya adalah Lawe Alas( Sungai Alas).
Bahasa Alas mirip dengan bahasa Batak (Karo, Tapanuli, dan Fak Fak). Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada yang mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.
SENI BUDAYA
Kabupaten Aceh Tenggara memiliki kekayaan budaya tersendiri yang berbeda dengan daerah lain di Aceh.
A. Tari Saman
Kesenian tradisional yang telah mendunia adalah tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu. Pada tahun 1994 tari ini pernah tampil di Spanyol dan di beberapa negara Eropa lainnya dan sering tampil di TamanMini Indonesia Indah, Jakarta.
B. Tari Mesekat
Mesekat adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Mesekat pertama kali dikembangkan oleh Tengku Mbelin (Tengku Haji Hasan) Lawe Due, kemudian dikembangkan oleh muridnya Tengku Muhammad Nya'kub Pagan yang kini tinggal di Kute Melie. Mesekat telah beberapa kali ikut ditampilkan dalam cara LKA di Banda Aceh.
C. Pelebat
Seni perang adat alas yang memakai rotan sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu kehormatan.
D. Bangsi
Kesenian yang menggunakan seruling sebagai medianya. sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya.
E. Canang
Kesenian Tradisonal adat alas yang menggunakan alat musik berpa kaleng ataupun gamelan yang terbuat dari logam. Di mainkan oleh beberapa wanita.
Sumber : Dari Segala Sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment