Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Berwisata Pedati dan Pertanian di Sleman " Asiknya".

Diposkan oleh Unknown on Sunday, December 16, 2012


Kali ini Tina-Tinu akan membrikan informasi "Pelesatarian keberadaan gerobak sapi atau pedati di Desa Donoharjo", Ngaglik, Sleman salah satunya dengan menjadikan alat transportasi itu sebagai wisata. Di desa wisata Tanjung di Donoharjo itu wisatawan bisa menikmati gerobak sapi dan membajak sawah dengan sapi itu.

"Andalan desa wisata kami adalah pertanian dan kesenian," kata Diana Wijonarko, Kepala Desa Donoharjo, saat pesta rakyat di dusun Tanjung, Ahad 16 Desember 2012.

Para wisatawan diajak untuk mengikuti proses tanam padi, jagung dan tanaman pertanian lainnya. Di saat panen, mereka juga diajak mengikuti prosesnya juga dengan naik gerobak sapi atau pedati yang dikemudikan oleh seorang bajingan.

Pada pesta rakyat yang digelar di halaman Sekolah Dasar Banteran, Minggu (16/12) diikuti sedikitnya 1.500 warga dan wisatawan. Juga diramaikan dengan konvoi pedati 50 unit dan konvoi komunitas Vespa juga festival jathilan dan gejog lesung.

Deda Donoharjo yang berada di bawah Gunung Merapi sekitar 20 kilometer dari puncak gunung itu memang masih sangat potensial menjual wisata pertanian dan kesenian. Semua warga terlibat, bahkan rumah-rumah mereka telah siap menerima tamu yang menginap.

"Adanya program desa wisata bisa menambah penghasilan masyarakat, ibu-ibu rumah tangga diberdayakan untuk memasarkan produk rumahan seperti barang kerajinan dan makanan," kata dia.

Rumah-rumah di desa itu banyak yang masih asli yang berbentuk joglo yang umurnya ratusan tahun. Itu juga merupakan salah satu daya tarik wisatawan yang jenuh dengan suasana perkotaan.

Menurut Ketua Panitia Gelar Pesta Rakyat Donoharjo, Agus Hadyo Pancoro desa wisata Tanjung setiap haro didatangi rata-rata 100 wisatawan. Baik indifidu maupun rombongan anak sekolah. Rumah-rumah penduduk dijadikan lokasi penginapan. Selain menginap, wisatawan juga bisa langsung nerinteraksi dengan warga.

"Kalau rumah penduduk di Tanjung tidak mencukupi, wisatawan diarahkan menginap di dusun lain," kata dia.

Saat menginap, wisatawan hanya ditarik tarif Rp 50 ribu perhari. Itu pun sudah termasuk makan 3 kali.

demikian informasai dari Tina-Tinu Semoga bermanfaaat.
More aboutBerwisata Pedati dan Pertanian di Sleman " Asiknya".

Sumatra Barat

Diposkan oleh Unknown on Saturday, November 17, 2012

A. Rumah adat Sumatera Barat
 
 
Rumah Gadang merupakan Rumah adat yang berasal dari Sumatera Barat, berasal dari suku Minangkabau. Rumah adat ini biasanya didirikan diatas tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun.

Bentuk Rumah Gadang ini empat persegi panjang dan terbagi atas dua bagian yaitu muka dan belakang, Rumah Gadang terbuat dari bahan kayu, dan kalu di lihat sekilas hampir menyerupai rumah panggung. Salah satu kekhasan dari rumah adat ini dalam proses pembuatannya adalah tidak memakai paku besi tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat dari bahan kayu.

Seni Tari sumatra barat
Seni Tari tradisioanal yang berasal dari sumatra Barat biasanya berasal dari adat budaya suku minangkabau umumnya sangat dipengaruhi oleh agama islam. Terdapat beberapa tarian daerah seperti Tari Persembahan, Tari Payung Tari Indang dan Tari Piring.

Galeri Foto:
 
 
 
a. Tari Persembahan

Tarian yang dilakukan untuk menyambut tamu tamu angung,tarian ini merupakan tarian baru yang dibuat sedemikian rupa mirip dengan tari kejei.

Galeri Foto:
 
 
[source]
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat
http://indonesia-liek.blogspot.com/2010/12/budaya-sumatera-barat-seni-kebudayaan.html 
 
b. Tari Payung
 
Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.

Galeri Foto:
 
 
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat
 
c. Tari Indang
 
Indang adalah salah satu kesenian anak nagari Pariaman yang sudah berkembang sejak abad ke 13 seiring dengan masuknya agama Islam ke Minangkabau. Kesenian ini dimainkan oleh 13 orang penari plus 1 orang tukang dzikir. Pemain memainkan alat musik tambourin mini yang disebut dengan rapai. Biasanya kesenian ini ditampilkan pada malam hari. Syair indang yang disebut dengan radaik berisikan shalawat nabi, hikayat dan cerita keagamaan. Pengunjung bisa menikmati indang di pasar malam, pesta nagari, atau acara tradisional lainnya.

Galeri Foto: 
 



Sumber: http://www.pariamankota.go.id/pariwisata/36/tari-indang.html

d. Tari Piring
 
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.

Galeti Foto: 
 
 
 
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Piring


C. Jam Gadang
 
Jam Gadang adalah sebutan yang diberikan masyarakat Minangkabau kepada bangunan menara jam itu, karena memang menara itu mempunyai jam yang “gadang”, atau “jam yang besar” (jam gadang=jam besar; “gadang” berarti besar dalam bahasa Minangkabau).

Galeri Foto: 
 

umber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat
 
More aboutSumatra Barat

Seni Budaya Aceh Darussalam

Diposkan oleh Unknown on Monday, November 5, 2012

                  sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh

Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.

Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah. Perlu uga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Berita-berita Cina ada juga yang menyebutkan bahwa raja dan seluruh rakyat negeri Aru yang di kemudian hari termasuk bagian dari Aceh adalah penganut-penganut agama Islam. I emikian pula Malaka yang pada awal abad XV terus menjadi ramai, akhirnya menjadi kerajaan Islam pula, bahkan setelah itu menjadi pusat syi'ar Islam ke seluruh Asia Tenggara dan melalui Malaka pula agama Islam kemudian masuk dan berkembang ke seluruh Indonesia sehingga pada awal abad ke-15 hampir di setiap tempat di kepulauan Indonesia sudah terbentuk masyarakat-masyarakat Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.

ADAT ALAS

pakaian adat alasSuku Alas merupakan salah satu yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu diantaranya adalah Lawe Alas( Sungai Alas).

Bahasa Alas mirip dengan bahasa Batak (Karo, Tapanuli, dan Fak Fak). Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.

Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.

Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada yang mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.

SENI BUDAYA

Kabupaten Aceh Tenggara memiliki kekayaan budaya tersendiri yang berbeda dengan daerah lain di Aceh.

A. Tari Saman

Kesenian tradisional yang telah mendunia adalah tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu. Pada tahun 1994 tari ini pernah tampil di Spanyol dan di beberapa negara Eropa lainnya dan sering tampil di TamanMini Indonesia Indah, Jakarta.

B. Tari Mesekat

Mesekat adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Mesekat pertama kali dikembangkan oleh Tengku Mbelin (Tengku Haji Hasan) Lawe Due, kemudian dikembangkan oleh muridnya Tengku Muhammad Nya'kub Pagan yang kini tinggal di Kute Melie. Mesekat telah beberapa kali ikut ditampilkan dalam cara LKA di Banda Aceh.

C. Pelebat

Seni perang adat alas yang memakai rotan sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu kehormatan.

D. Bangsi

Kesenian yang menggunakan seruling sebagai medianya. sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya.

E. Canang


Kesenian Tradisonal adat alas yang menggunakan alat musik berpa kaleng ataupun gamelan yang terbuat dari logam. Di mainkan oleh beberapa wanita.


Sumber : Dari Segala Sumber
More aboutSeni Budaya Aceh Darussalam