Saat berkunjung ke Semarang tempat yang tidak boleh dilewatkan untuk
dikunjungi adalah sebuah gedung tua yang terletak di Simpang Lima Tugu
Muda yaitu Lawang Sewu. Saat ke Semarang kemaren itu saya juga
menyempatkan diri untuk kesana meskipun saya sudah pernah kesana
sebelumnya, tapi itu dulu sekitar dua atau tiga tahun yang lalu.
Pada malam Tanggal 18-01-2013 saya baru bisa keluar untuk jalan-jalan keliling kota. Ditemani oleh teman-teman saya yang kuliah di Semarang yaitu Raymon, Abner, Ferdi, Pras Dan Adit dari Jogja. Kami memutuskan untuk pergi ke Lawang Sewu. Sebenernya yang ngotot ke Lawang Sewu adalah Abner karena dia yang belum pernah masuk ke Lawang Sewu dan juga saya sic hehe.
Hampir 3 jam kami sampai sudah tiba di Lawang Sewu, lalu kami menemui seorang pemandu bernama Ma "Ari" yang menjadi pemandu kami jika mengunjungi Lawang Sewu Dulu harga masuk nya 10 ribu satu orang dan untuk pemandunya 30 ribu dan juga untuk masuk lorong bawah tanah kita dikenai biaya lagi 10 ribu juga dan untuk pemandunya sukarelawan.
Tiket sudah dibeli, kami masuk melalui pintu utama Lawang Sewu. Pak Aji mulai menjelaskan tentang sejarah Lawang Sewu ini. Dulunya tempat ini adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Tapi setelah kemerdekaan Indonesia gedung kuno ini digunakang sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia. Ketika berlangsung pertemputan lima hari di Semarang, gedung ini dijadikan lokasi pertempuran melawan Jepang. Kenapa dinamai Lawang Sewu? Karena jumlah pintunya yang sangat banyak, tapi nggak ada yang tau berapa jumlah pintu yang sebenarnya.
Dari lantai satu kami naik menuju lantai berikutnya sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu kami. Tidak lupa foto-foto dulu di atas. Dari atas gedung Lawang Sewu kita bisa melihat Simpang Lima Tugu Muda yang sudah mulai sepi karena memang hari sudah malam.
Pada malam Tanggal 18-01-2013 saya baru bisa keluar untuk jalan-jalan keliling kota. Ditemani oleh teman-teman saya yang kuliah di Semarang yaitu Raymon, Abner, Ferdi, Pras Dan Adit dari Jogja. Kami memutuskan untuk pergi ke Lawang Sewu. Sebenernya yang ngotot ke Lawang Sewu adalah Abner karena dia yang belum pernah masuk ke Lawang Sewu dan juga saya sic hehe.
Hampir 3 jam kami sampai sudah tiba di Lawang Sewu, lalu kami menemui seorang pemandu bernama Ma "Ari" yang menjadi pemandu kami jika mengunjungi Lawang Sewu Dulu harga masuk nya 10 ribu satu orang dan untuk pemandunya 30 ribu dan juga untuk masuk lorong bawah tanah kita dikenai biaya lagi 10 ribu juga dan untuk pemandunya sukarelawan.
Tiket sudah dibeli, kami masuk melalui pintu utama Lawang Sewu. Pak Aji mulai menjelaskan tentang sejarah Lawang Sewu ini. Dulunya tempat ini adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Tapi setelah kemerdekaan Indonesia gedung kuno ini digunakang sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia. Ketika berlangsung pertemputan lima hari di Semarang, gedung ini dijadikan lokasi pertempuran melawan Jepang. Kenapa dinamai Lawang Sewu? Karena jumlah pintunya yang sangat banyak, tapi nggak ada yang tau berapa jumlah pintu yang sebenarnya.
Dari lantai satu kami naik menuju lantai berikutnya sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu kami. Tidak lupa foto-foto dulu di atas. Dari atas gedung Lawang Sewu kita bisa melihat Simpang Lima Tugu Muda yang sudah mulai sepi karena memang hari sudah malam.
Lorong Gowa |
Kami lalu
melanjutkan menuju ruang pembantaian, ya ruang pembantaian. Dulu ruangan
tersebut digunakan oleh penjajah untuk membunuh para tawanan-tawanan
dari Indonesia. Tempatnya cukup membuat merinding. Dulu sewaktu
kunjungan saya ke Lawang Sewu yang pertama, tidak setiap orang bisa
masuk ke ruang pembantaian ini. Biasanya si pemandu akan meminta ijin
apakah kita diperbolehkan masuk atau tidak. Tapi untuk kali ini yang
saya lihat semua orang bebas keluar masuk ruang pembantaian, tentu saja
dengan ditemani oleh pemandu.
Dari gedung yang terletak di depan kami bergeser menuju gedung yang ada di belakang dengan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan. Saat berada di jembatan, Mas Ari mempersilahkan kami jika ingin foto-foto terlebih dahulu. Tentu saja tawaran tersebut tidak kami sia-siakan. Saya yang memegang kamera mulai mengambil foto teman-teman saya. Anehnya saat saya menekan shuter pada kamera, pada layar LCD kamera terlihat seperti ada air yang mengalir yang menghalangi kamera saya. Saya lanjutkan menekan shuter kamera tersebut dan hasilnya gambar tidak fokus, padahal saat itu masih ada cahaya meskipun sangat sedikit dan juga flash kamera pada posisi ON. Berulang kali saya mengambil foto teman-teman saya tapi berkali-kali juga gagal, hasilnya tidak fokus.
Dari gedung yang terletak di depan kami bergeser menuju gedung yang ada di belakang dengan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan. Saat berada di jembatan, Mas Ari mempersilahkan kami jika ingin foto-foto terlebih dahulu. Tentu saja tawaran tersebut tidak kami sia-siakan. Saya yang memegang kamera mulai mengambil foto teman-teman saya. Anehnya saat saya menekan shuter pada kamera, pada layar LCD kamera terlihat seperti ada air yang mengalir yang menghalangi kamera saya. Saya lanjutkan menekan shuter kamera tersebut dan hasilnya gambar tidak fokus, padahal saat itu masih ada cahaya meskipun sangat sedikit dan juga flash kamera pada posisi ON. Berulang kali saya mengambil foto teman-teman saya tapi berkali-kali juga gagal, hasilnya tidak fokus.
Untuk arsitekturnya yang indah, Gedung Lawang Sewu
juga sarat akan nilai sejarah. Pada awal pembangunannya, gedung yang
terletak tepat di depan Jalan Raya Pos Daendels ini digunakan sebagai
kantor pusat NIS dan tempat tinggal pegawai Belanda. Kemudian pernah
digunakan sebagai penjara bawah tanah oleh serdadu Jepang, lokasi
pertempuran 5 hari di Semarang, hingga kantor pemerintahan pasca
Indonesia merdeka. Saat ini pengelolaan Gedung Lawang Sewu berada di
bawah PT KAI. Memasuki salah satu Gedung Lawang Sewu, disambut
lorong panjang yang dipenuhi pintu kayu di kanan dan kirinya. Bangunan
yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini
dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna,
hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas.
Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut,
yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Kunjungan ke Lawang
Sewu kemudian dilanjutkan dengan menyusuri ruang bawah tanah.
Menyaksikan ruangan-ruangan sempit, gelap, dan lembab yang pernah
digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok membuat bulu kuduk meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa
dengan jelas. pun mempercepat langkah meninggalkan ruangan ini.
Galeri Foto Pribadi :
Pembeliin Tiket |
Pemandu |
Dalam Lorong Goa"Penjara" |
Tempat Pemotongan Manusia |
Penjara untuk 5 orang |
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment